Dalam dunia logistik dan ekspedisi, ada satu istilah yang sering terdengar, tapi belum tentu dipahami secara menyeluruh—dangerous goods.
Daftar Isi
Kalau kamu baru mulai mempelajari istilah-istilah pengiriman barang, penting banget untuk tahu apa itu dangerous goods, kenapa pengirimannya harus diatur sedemikian rupa, dan bagaimana cara menanganinya agar tidak berisiko bagi manusia, lingkungan, maupun barang lain yang dikirim bersamaan.
Pemahaman yang baik tentang dangerous goods ini krusial, lho! Bukan hanya untuk memastikan keamanan proses pengiriman, tapi juga untuk mematuhi regulasi yang berlaku.
Apa Itu Dangerous Goods?
Dangerous goods (atau barang berbahaya) adalah bahan atau benda yang memiliki potensi untuk menimbulkan risiko serius terhadap kesehatan, keselamatan, properti, atau lingkungan selama proses pengangkutan.
Barang-barang ini bisa mudah terbakar, meledak, beracun, korosif, bahkan bisa bereaksi dengan bahan lain secara tak terduga.
Mungkin kamu mengira bahwa barang berbahaya cuma terbatas pada bahan kimia industri atau limbah beracun. Faktanya, banyak produk sehari-hari juga termasuk dangerous goods.
Misalnya, baterai lithium, aerosol, cat semprot, bahkan parfum dengan kandungan alkohol tinggi. Semua itu punya potensi bahaya jika dikirim tanpa prosedur yang benar.
Salah satu kasus nyata yang sempat ramai adalah insiden baterai lithium yang terbakar di ruang kargo pesawat. Ini bukan cerita fiksi.
Tahun 2010, sebuah pesawat kargo UPS terbakar di Dubai, diduga akibat baterai lithium yang mengalami thermal runaway—reaksi berantai panas yang tidak terkendali.
Dari kejadian tersebut, aturan pengiriman barang berbahaya menjadi jauh lebih ketat.
Pengalaman serupa juga sering ditemui oleh penyedia jasa logistik seperti Mitralogistics.
Pernah ada klien yang ingin mengirimkan cairan pembersih industri dalam jumlah besar tanpa mengetahui bahwa barang tersebut termasuk kategori flammable liquids.
Untungnya, sebelum proses pengiriman berlangsung, tim logistik dengan sigap memverifikasi dokumen dan kandungan barangnya, sehingga prosedur penanganan bisa disesuaikan. Bayangkan jika itu lolos begitu saja.
Klasifikasi Dangerous Goods
Organisasi Internasional Penerbangan Sipil (ICAO) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membagi dangerous goods ke dalam 9 kelas utama, dan masing-masing punya karakteristik serta penanganan tersendiri.
1. Kelas 1: Bahan Peledak
Klasifikasi Kelas 1 merujuk pada zat padat atau cair, atau campuran zat, yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu, tekanan, dan kecepatan sedemikian rupa sehingga menyebabkan kerusakan di sekitarnya.
Contohnya? Ya, sudah pasti dinamit, petasan, dan amunisi. Kamu mungkin pernah melihat film aksi dengan adegan ledakan dahsyat. Nah, bahan-bahan seperti itu masuk dalam kelas ini.
2. Kelas 2: Gas
Bahan yang termasuk dalam kelas ini berbentuk gas pada suhu dan tekanan standar.
Kelas ini dibagi lagi menjadi beberapa sub-kelas, seperti gas mudah terbakar (misalnya propana dan butana), gas tidak mudah terbakar dan tidak beracun (misalnya nitrogen dan karbon dioksida), serta gas beracun (misalnya klorin dan amonia).
Ingat tabung gas LPG di rumahmu? Itu juga termasuk dalam kategori ini dan memerlukan penanganan yang hati-hati.
Saat pengiriman, biasanya gas dikemas dalam silinder khusus dengan ventilasi dan label peringatan yang jelas.
3. Kelas 3: Cairan yang Mudah Terbakar
Bahan yang termasuk dalam kelas ini adalah cairan, atau campuran cairan, atau cairan yang mengandung padatan dalam larutan atau suspensi, yang menghasilkan uap mudah terbakar pada suhu tertentu.
Contohnya adalah bensin, cat, dan alkohol. Pernah mencium bau menyengat dari tumpahan cat? Uapnya itulah yang mudah terbakar.
4. Kelas 4: Padatan Mudah Terbakar
Kelas ini mencakup berbagai jenis material. Padatan mudah terbakar contohnya adalah belerang dan korek api.
Zat yang rentan terbakar spontan bisa berupa fosfor putih. Sementara itu, karbida adalah contoh zat yang menghasilkan gas mudah terbakar jika terkena air.
Kamu mungkin tidak menyangka, tapi beberapa jenis bubuk logam juga bisa sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan benar.
Dalam praktiknya, pengiriman jenis ini seringkali memerlukan kemasan vakum atau tertutup rapat.
5. Kelas 5: Oksidator dan Peroksida Organik
Zat pengoksidasi adalah zat yang dapat menyebabkan atau mempercepat pembakaran bahan lain, biasanya dengan melepaskan oksigen.
Contohnya adalah kalium nitrat dan hidrogen peroksida dengan konsentrasi tinggi.
Peroksida organik, di sisi lain, adalah zat organik yang mengandung struktur peroksida (-O-O-) dan dapat sangat tidak stabil serta mudah terurai dan meledak.
Zat ini dapat mempercepat proses pembakaran bahan lain, sehingga sangat berisiko bila dikemas sembarangan.
6. Kelas 6: Bahan Beracun dan Infeksius
Kelas ini mencakup bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian, cedera serius, atau membahayakan kesehatan manusia jika tertelan, terhirup, atau bersentuhan dengan kulit.
Contohnya adalah sianida dan arsenik. Zat menular mengandung mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia, seperti sampel virus atau bakteri.
Penanganan limbah medis juga memerlukan perhatian khusus karena berpotensi mengandung zat menular.
7. Kelas 7: Bahan Radioaktif
Bahan radioaktif adalah material yang mengandung radionuklida dengan aktivitas jenis lebih besar dari nilai yang ditentukan. Contohnya adalah isotop radioaktif yang digunakan dalam kedokteran atau industri.
Pengiriman bahan radioaktif sangat ketat diatur karena potensi bahayanya terhadap kesehatan dan lingkungan.
8. Kelas 8: Bahan Korosif
Zat ini, melalui aksi kimia, dapat merusak atau menghancurkan jaringan hidup atau material lain jika bersentuhan.
Contohnya adalah asam sulfat dan natrium hidroksida (soda api). Kamu pasti pernah mendengar tentang bahaya tumpahan asam, bukan?
9. Kelas 9: Bahan Berbahaya Lainnya
Kelas ini mencakup zat dan artikel berbahaya lainnya yang tidak termasuk dalam kelas 1 hingga 8. Contohnya adalah baterai lithium, asbes, dan beberapa jenis peralatan keselamatan seperti airbag.
Baterai lithium, meskipun umum digunakan, memiliki potensi untuk menimbulkan kebakaran jika tidak ditangani dengan benar selama pengiriman.
Baca Panduan Lengkap di Blog Mitralogistics!
Menangani dangerous goods bukan sekadar soal “bisa kirim atau tidak”. Lebih kepada soal memahami risiko, mematuhi regulasi, dan memastikan semua pihak—mulai dari pengirim, transporter, sampai penerima—berada dalam zona aman.
Dan itu hanya bisa dicapai jika kamu punya panduan yang jelas dan partner logistik yang benar-benar tahu cara menangani barang jenis ini.
Di blog Mitralogistics, kamu bisa menemukan lebih banyak panduan teknis dan studi kasus pengiriman barang berbahaya, dari yang umum seperti baterai hingga yang kompleks seperti limbah medis.
Tim Mitra bukan cuma menyediakan jasa pengiriman, tapi juga konsultasi, pengecekan dokumen, hingga pelatihan dasar untuk pelanggan yang baru pertama kali berhadapan dengan barang-barang ini.
Ingat, satu kesalahan kecil dalam pengiriman dangerous goods bisa menimbulkan konsekuensi besar.
Jadi, sebelum mengirimkan barang berbahaya, pastikan kamu benar-benar paham prosedurnya dan memilih mitra logistik yang berpengalaman.
Penulis Mitra








